Kamis, 12 April 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME


BAB I
 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
         Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita laki-laki 4 kali lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit.(Maulana,Mirza.2008.Anak Autis.).Dengan kata lain anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autism di bandingkan anak perempuan.Bahkan di prediksikan oleh parah ahli bahwa kuantitas anak autisme di tahun 2011 meningkat mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh dunia.Survei menunjukan bahwa anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi keatas.Ketika di kandung dengan asupan gizi ibunya tidak seimbang.(kompas,2 maret 2005).Gejala-gejala autis mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka.Hal ini tampak ketika menolak sentuhan orang tuanya,tidak merespon kehadiran orang tuanya,dan melakukan kebiasan-kebiasan yang lain yang tidak di lakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya.(Maulan,Mirza.2008.Anak Autis.).Sebagian besar penderita autism mengalami gejala-gejala negative skizoprenia,seperti menarik diri dari lingkungan,serta lemah dala berpikir ketika menginjak dewasa.Sebagian besar penderita autis yakni,sekitar 75% termasuk dalam kategori keterlambatan mental,tapi sejumlah 10% malah di dapat di golongkan sebagai orang jenius,salah contohnya seperti yang di tayangakan pada acara KICK ANDY di Metrotv beberapa bulan lalu.Sejak autis mulai di jabarkan dan di kenal mendunia,berbagai jenis penyembuhan telah di lakukan.Beberapa implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,tapi juga beruaa fisik,mental,emosional,hingga fisiologis.Tetapi penyembuhan di lakukan atau di terapkan dengan berbagai varian teknik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.Dari beberapa jenis terapi yang di implementasikan secara meluas ada yang melibatkan peran serta orang tua dan juga yang tidak.Adapula yang bias dilakukan sendiri oleh orang tua dirumah tapi ada juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah para ahli atau terapis.Inti dari sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai symptom yang diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang di sandang anak.Yang terpenting dari terapi yang diberikan kepada anak autism hendaknyatetap melibatkan peran srta orang tuan secara aktif.Tujuannya agar orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai anak autism mereka dalam setiap fase terapi.(Purwati,H,Nyimas.(2009).
       Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme”.Merupakan tugas kelompok ISS-IT  dari mata kuliah “Tumbuh Kembang Anak”yang di berikan oleh dosen pembimbing Ibu Anggun.








                                                                        BAB II
                                                TINJAUAN TEORI

A.DEFENISI
       Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handojo,2003).Kartono (2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau  berhubungan lagi dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki cirri-ciri penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian terhadap lingungan sekitarnya,tidak  mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi senang melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan –gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit menangkap.
       Kartono (1989) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan harapan sendiri serta menolak realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003) penyandang autism akan berbuat semuanya sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku.
       Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
       Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak) sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang tidak normal.









B.ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain:
Ø  Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak
Ø  Keracunan logam seperti mercury  yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme terkandung timah hitam dan mercury  dalam kadar yang relative tinggi.
Ø  Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
Ø  Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
C.TANDA DAN GEJALA
       Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
Ø  Usia o-6 bulan:
ü  Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
ü  Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
ü  Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
ü  Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
ü  Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
Ø  Usia 6-12 bulan:
ü  Bayi tampak terlalu tenang
ü  Terlalu sensitive
ü  Sulit di gendong
ü  Tidak ditemukan senyum sosial
ü  Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Ø  Usia 1-2 tahun:
ü  Kaku bila di gendong
ü  Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
ü  Tidak mengeluarkan kata
ü  Tidak tertarik pada boneka
ü  Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
Ø  Usia 2-3 tahun:
ü  Tidak bias bicara
ü  Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
ü  Hiperaktif
ü  Kontak mata kurang
Ø  Usia 3-5 tahun:
ü  Sering didapatkan ekolalia (membeo)
ü  Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
ü  Marah bila rutinitasyang seharus berubah
ü  Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)


      
D.PATOFISIOLOGI
       Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
       Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
       Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara  genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan proses belajar anak.
       Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.


F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø  Neutrologis
Ø  Test neupsikologis
Ø  Test pendengaran
Ø  MRI(Magnetic resonance imaging)
Ø  EEG(elektro encepalogram)
Ø  Pemeriksaan darah
Ø  Pemeriksaan urine.




F.PENATALAKSANAAN
A.Penatalaksanaan medis
       Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis  mempunyai kadar serotonin dalam darah.
       Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur.
       Risperidone  bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
B.PENATALKSANAAN KEPERAWATAN:
Ø  Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.
Ø  Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
Ø  Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.













                                                                        BAB III
                                      ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
                   Kasus skenario 4
Ny.H usia 40 tahun mempunyai anak pertamanya berusia 2,5 tahun bernama An.T,Ny.H gelisah karena anaknya sekarang belum dapat bicara atau melakukan komunikasi verbal,hiperaktiv,tak bisa bermain dengan teman sebaya,menutup diri terhadap pergaulan social,sering mengulang beberapa perilaku yang sama dengan intensitas yang tinggi,orang tua curiga anaknya tersebut mengalami autism.kemudian dia berkonsultasi dengan dokter atas permasalahan yang menimpan anaknya,Ny.H sangat sedih dan selalu murung,dia bertanya kepada dokter apakah anaknya bisa tumbuh normal seperti anak-anak yang lain kelak.
·         Riwayat psikiatrik/jiwa pada keluarga
·         Riwayat keluarga yang terkena autism
·         Riwayat kesehatan anak ketika dalam kandungan
·         Status perkembangan anak
·         Pemeriksaan fisik.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø  Hambatan Komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan rangsangan sensori tidak adekuat,gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak mengungkapkan perasaan.
Ø  Isolasi social berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain dan menutup diri.
Ø  Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri berhubungan dengan kurangnya pengawasan.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN
No.DX
   TUJUAN

INTERVENSI
RASIONAL
DX.1 hambatan Komunikasi verbal dan non verbal  B/D rangsangan sensori tidak adekuat ,gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain









 

DX.2
Isolasi social B/D ketidakmampuan anak untuk percaya pada orang lain dan menutup diri























DX.3 Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri B/D
Klien dapat berkomunikasi dan mampu mengungkapkan persaan kepada  orang lain




















klien mau memulai
interaksi dengan teman sebaya



























Klien tidak menyakiti diri sendiri
·   Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
·   Gunakan kalimat sederhana dan lambang sebagai media.
·   Anjurkan kepada orang tua untuk melakukan tugas secara konsisten.
·   Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai menguasai.
·   Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
·   Berikan support pada keberhasilan anak
·   Bicara secara jelas dengan kalimat sederhana.
·   Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
·   Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal

·   Batasi jumlah temannya

·   Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak

·   Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan saling percaya.

·   Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain

·   Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain

·   Berikan sentuhan,senyuman dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi

·   Bina hubungan saling percaya

·   Kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan anak

·   Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari peningkatan kecemasan

·   Alihkan perhatian dengan hiburan untuk menurunkan kecemasan anak

·   Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi

·   Perhatikan lingkungan yang aman