Senin, 19 November 2012

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN SPINA BIFIDA

BAB I
PENDAHULUAN

A.LATARBELAKANG
Spina bifida adalah penutupan salah satu kolumna vertebralis tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang ( Donna L.wong,2003). Penyakit spina bifida atau sering dikenal dengan sumbing tulang belakang adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini menyerang melalui medulla spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang (vertebra). Hal ini terjadi karena ada satu atau beberapa bagian dari vertebara gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat berat pada bayi,ditambah lagi penyebab utama dari penyakit ini masih belum jelas. Hal ini jelas akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf karena medula spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem saraf manusia. Jika medulla spinalis mengalami gangguan,system-sistem lain yang diatur oleh medulla spinalis pasti juga akan terpengaruh dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan semakin memperburuk kerja organ dalam tubuh manusia , apalagi pada bayi yang system tubuhnya belum berfungsi secara maksimal.Fakta mengataka dari 3 kasus yang sering terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu ensefalus,anensefali, dan spina bifida. Sebanyak 65% bayi baru lahir terkena spina bifida. Sementara itu fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir di Belanda menderita penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya. Bayi – bayi tersebut butuh perawatan medis yang intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Defenisi dari spina bifida
2.Etiologi dari spina bifida
3.Klasifikasi dari spina bifida
4.Manifestasi klinis dari spina bifida
5.Patofisiologi dan Pathway dari spina bifida
6.Pemeriksaan penunjang dari spina bifida
7.Penatalaksanaan dan Pencegahan dari spina bifida
8.Komplikasi dan faktor resiko dari spina bifida
9.Diagnosa keperawatan dari spina bifida
C.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep penyakit spina bifida serta pendekatan asuhan keperawatannya.
2.Tujuan Khusus
·         Mahasiswa mampu mengidentifikasikan defenisi dari spina bifida
·         Mahasiswa mampu mengidentifikasikan etiologi dan klasifikasi dari spina bifida
·         Mahasiswa mapu mengidentifikasi tanda dan geja penyakit spina bifida
·         Mahasiswa mampu memngidentifikasi dan menguraikan patofisiologi dan pathway spina bifida
·         Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit spina bifida
·         Mahasiswa mampu mengetahui penatalksanaan dan pencegahan penyakit spina bifida
·         Mahasiswa bisa mengetahui faktor resiko dan kompliksasi dari penyeakit ini
·         Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa dan konsep askep dari spina bifida.
D.MANFAAT
Mahasiswa mampu memahami tentang konsep penyakit neurologis spina bifida serta mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan spina bifida.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.DEFENISI
Spina bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan aatau tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L, Wong,2003). Spina bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang (vertebra) yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh (http : //WWW.medicastore.com)
Spina bifida adalah kegagalan arkus vertebralis untuk berfusi di posterior (Rosa M Sacharin, 1996)
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus posterior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis pada perkembangan awal dari embrio (Chairuddin Rasyad, 1998).
Keadaan ini biasanya terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral.
B.ETIOLOGI
Penyebab spesifik dari spina bifida tidak diketahui,tetapi di duga akibat:
·         Genetik
·         Kekurangan asam folat pada masa kehamilan 
C.KLASIFIKASI
·         Spina bifida okulta
Merupaka spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak ( meningitis ) tidak menonjol. Gejalanya:
ü  Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
ü  Lekukan pada daerah sacrum .
·         Spina bifida aperta
Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong selaput otak menonjol    melalui lobang. Kulit diatas pembengkakan biasanya tipis, tekanan pada kantong menyebabkan fontanella menonjol. Spina Bifida Aperta dapat terjadi 2 keadaan :
ü  Meningokel
ketika kantung berisi cairan cerebro-tulang belakang (cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang) dan meninges (jaringan yang meliputi sumsum tulang belakang), tidak ada keterlibatan saraf. meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit.
Meningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf corda spinal. Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat mengontrol saluran kencing ataupun  kolon.
ü  Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan  terdapat syaraf yang mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis yang  paling sering dtemukan pada kasus spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina bifida juga memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Gejalanya dapat berupa :
·         Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
·         Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.
·         Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki.
·         Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).
·          Lekukan pada daerah sakrum.
G.PATOFISIOLOGI
Spina bifida disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama bulan pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan. Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah seorang kerabat dengan spina bifida, obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina bifida. Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida tidak punya faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus. Beragam spina bifida prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain tikus dengan spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri koroner), spina bifida kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat (folat) adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina bifida.
H.PATHWAY
I.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut Triple Screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma down dan kelainan bawaan lainnya. 85 % wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida akan memiliki kadar serum alfa feytoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban)
Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut :
·         Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
·         USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalis maupun vertebra.
CT-Scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
J.PENATALAKSANAAN
·         Penatalaksanaan Medis
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai sistem tubuh.
Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :
ü  Antibiotic digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi saluran kemih (seleksi tergantung hasil kultur dan sensitifitas).
ü  .Antikolinergik digunakan untuk meningkatkan tonus kandung kemih.
ü  . Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan pengeluaran feces.
(Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002, halaman 469)
·         Penatalaksanaan Keperawatan
ü  Pre – operasi
Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa yang tidak melekat, misalnya telfa untuk mencegah jaringan syaraf yang terpapar menjadi kering.
- Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
- Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan spingter anal akan dilakukan oleh fisioterapist.
- Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
ü  Pasca operasi
- Perawatan pasca bedah neonatus umum
- Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
- Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dalam wadah. Cairan akan berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca bedah, dimana pada saat ini drain dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang teratur, hingga jahitan diangkat 10 – 12 hari setelah pembedahan.
- Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif yang penuh dilakukan setiap hari. Harus dijaga agar kulit di atas perinium dan bokong tetap utuh dan pergantian popok yang teratur dengan pembersihan dan pengeringan yang seksama merupakan hal yang penting.
- Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar panggul dan harus diusahakan pemakaian sabuk pada bokong .
- Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Seringkali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacad spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrosefalus maka harus diberikan terapi yang sesuai. (Rosa.M.Sacharin,1996).
K.PENCEGAHAN
·         Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
·         Kekurangan asam folat pada seorang wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini terjadi sangat dini.
·         Pada wanita hamil dianjurkan untuk mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah 1 mg/hari.
L.FAKTOR RESIKO
·         Umur (bayi baru lahir)
·         Kekurangan asam folat 
M.KOMPLIKASI
Komplikasi lain dari spina bifida yang berkaitan yang berkaitan dengan kelahiran antara lain adalah :
·         Paralisis Cerebri
·         Retardasi Mental
·         Atrofi Otot
·         Osteoporosis
·         Fraktur (akibat penurunan massa otot).
N.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
·         Ganguan perfusi jaringan serebral b.d peningkatan tekanan intracranial
·         Inkontinensia urin berhubungan dengan ketidakmampuan mengontrol keinginan berkemih
·         Kurang pengetahuan orang tua tentang proses penyakit dan penanganan penyakit anaknya berhubungan dengan kurang terpajan informasi
·         Resiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan intra kranial (TIK)
·         Berduka b.d kelahiran anak dengan spinal malformation
Post Op
·         Nyeri akut berhubungan dengan injuri fisik (proses pembedahan)
·         Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,insisi luka operasi


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN  SPINA BIFIDA
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah yang menderita penyakit sejenis, bagaimana kondisi kehamilan ibu (demam selama kehamilan, epilepsi, mengkonsumsi obat-obat tertentu, dsb), kaji kehamilan sebelumnya (angka kejadian semakin meningkat jika pada kehamilan dua sebelumnya menderita meningomielokel atau anencefali).
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan gejala terasa dan keluhan lain apa yang mengikutinya.
3. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut :
-  Aktivitas/istirahat
Tanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.
Gejala : dislokasi pinggul.
-  Sirkulasi
Tanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas dingin atau sianosis.
-  Eliminasi
Tanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
-  Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).
-  Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis kehilangan refleks asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan tungkai dan otot bawah.
-  Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, periode apneu, penurunan bunyi napas.
Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
-  Kenyamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi.
4. Pemeriksaan diagnostic
- MRI, CT scan, X-ray
- Tes serum alfa fetoprotein (AFP)
- Ultrasound
(Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)



BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
Skenario
Bayi Ny. H lahir dengaan kelainan tulang belakang. Dokter mengataka An.A menderita penyakit Spina Bifida,dan harus segera dioperasi.Keluarga Ny. H sangat cemas dengan tindakan tersebut. 

ANALISA DATA
Nama : An.A
Umur : 1 bulan

Ds: - keluarga Ny. H  mengatakan cemas dengan tindakan operasi terhadap anaknya.
Do: tampak wajah  Ny. H bingung dan ketakutan
Ds : - Ny. H mengatakan An.A  menangis terus setelah operasi
Do: - tampak anak A menangis kesakitan
Ds : - Ny. H mengatakan anak A menangis terus setelah operasi
Do : - anak tampak nangis
Ada bekas luka operasi di tulang belakang
Ds : keluarga Ny. H tidak mengetahui tentang penyakit anaknya
Do: keluarga ny. H bingung ketika ditanya tentang penyakit anaknya
Diagnosa Prioritas
1.      Nyeri akut berhubungan dengan  agen injuri fisik (proses pemebedahan)
2.      Cemas berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan
3.      Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya informasi tentang penyakit
4.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,luka insisi post pemebedahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Nyeri akut b/d injuri fisik (proses pembedahan)
-Kaji skala nyeri R/Mengevaluasi skala nyeri dan menetapkan intervensi selanjutnya.
-Atur posisi klien yang nyaman R/. menurunkan tegangan dan mengurani nyeri
-Lakukan teknik pijat bayi yang benar R/meningkatkan relaksasi
-Lakukan pergantian perban dan pengawasan pada luka operasi R/untuk mengetahui akan terjadi infeksi
-kolaborasi dengan tim medis dalam pemebrian obat analgetik R/sebagai agen anti nyeri
2.   Cemas berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan
-Bina hubungan saling percaya R/   Mempermudah intervensi
-Observsi TTV R/ Mengetahui tekanan darah dan denyut nadi meningkat
-  Jelaskan bahwa penyakitnya bisa di sembuhkan R/ Dengan tindakan operasi penyakinya bisa disembuhkan
-Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber Coping yang efektif.
3.Kurang Pengetahuan b/d Keterbatasan Kognitif Dan Kurangnya informasi Tentang Penyakit
- Jelaskan proses penyakit
-Jelaksn tentang program pengobatan
-Jelaskan tindakan untuk untuk mencegah komplikasi
-Tanyakan kembali pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit dan program perawatan
-    -Berikan reinfocement
4   4.Resiko infeksi  b/d insisi luka operasi
      -   Kaji TTV
-      -Observasi tanda-tanda infksi
-         - Lakukan perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
      - observasi luka insisi
 
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa defek pada arkus pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis spinalis pada perkembangan awal dari embrio. Penyebab dari spina bifida belum diketahui secara pasti,tetapi diduga akibat faktor genetik dan kekurangan asam folat pada masa kehamilan. Gejala bervariasi tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf yang terkena.
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonetal untuk mencegah ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya besar. Pembedahan dilakukan untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus. Kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai spina bifida.
B.SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan dianjurkan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1.      Catzel, Pincus. 1994. Kapita Selekta Pediatri. Edisi II. Editor : Adrianto, Petrus. Jakarta : EGC.
2.      Betz, Cecily L,dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
3.      Rendle, John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara: Jakarta
4.      Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Editor : Ni Luh Yasmin. Jakarta: EGC.
5.      Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Jakarta: EGC.
6.      Doenges Marillyn E,dkk. 2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3..Jakarta: EGC.
7.      Nelson. Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.
8.      Sacharin, Rosa M.1986.Prinsip Kepeawatan Pediatrik.Jakarta:EGC
Rizqi Hajar Dewi. 2010. Asuhan Keperawatan Anak Spina Bifida Dengan Meningokel.http://www.scribd.com/doc/30381861/Asuhan-Keperawatan-Spina-Bifida-Dengan-Meningokel
-



-
-
-
I





PAHLAWAN REDU

PAHLAWAN RENDU

Kamis, 12 April 2012

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN AUTISME


BAB I
 PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG
         Autisme pada 5 dari setiap 10.000 kelahiran,dimana jumlah penderita laki-laki 4 kali lebih besar di bandingkan dengan penderita wanit.(Maulana,Mirza.2008.Anak Autis.).Dengan kata lain anak laki-laki lebih rentan menyandang sindrom autism di bandingkan anak perempuan.Bahkan di prediksikan oleh parah ahli bahwa kuantitas anak autisme di tahun 2011 meningkat mencapai 60% dari keseluruhan populasi anak di seluruh dunia.Survei menunjukan bahwa anak-anak autisme lahir dari ibu-ibu kalangan ekonomi keatas.Ketika di kandung dengan asupan gizi ibunya tidak seimbang.(kompas,2 maret 2005).Gejala-gejala autis mulai tampak sejak masa yang paling awal dalam kehidupan mereka.Hal ini tampak ketika menolak sentuhan orang tuanya,tidak merespon kehadiran orang tuanya,dan melakukan kebiasan-kebiasan yang lain yang tidak di lakukan oleh bayi-bayi normal pada umumnya.(Maulan,Mirza.2008.Anak Autis.).Sebagian besar penderita autism mengalami gejala-gejala negative skizoprenia,seperti menarik diri dari lingkungan,serta lemah dala berpikir ketika menginjak dewasa.Sebagian besar penderita autis yakni,sekitar 75% termasuk dalam kategori keterlambatan mental,tapi sejumlah 10% malah di dapat di golongkan sebagai orang jenius,salah contohnya seperti yang di tayangakan pada acara KICK ANDY di Metrotv beberapa bulan lalu.Sejak autis mulai di jabarkan dan di kenal mendunia,berbagai jenis penyembuhan telah di lakukan.Beberapa implementasi penyembuhan tersebut hanya bersifat psikis,tapi juga beruaa fisik,mental,emosional,hingga fisiologis.Tetapi penyembuhan di lakukan atau di terapkan dengan berbagai varian teknik belajar dan bermain yang dapat dilakukan secara verbal dan non verbal.Dari beberapa jenis terapi yang di implementasikan secara meluas ada yang melibatkan peran serta orang tua dan juga yang tidak.Adapula yang bias dilakukan sendiri oleh orang tua dirumah tapi ada juga terapi yang memerlukan bantuan sejumlah para ahli atau terapis.Inti dari sejumlah terapi tersebut dimaksudkan untuk mengeliminir berbagai symptom yang diperlihatkan oleh seorang anak autism yang tentunya dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan sindrom yang di sandang anak.Yang terpenting dari terapi yang diberikan kepada anak autism hendaknyatetap melibatkan peran srta orang tuan secara aktif.Tujuannya agar orang tua merasa memiliki andil atas kemajuan yang telah dicapai anak autism mereka dalam setiap fase terapi.(Purwati,H,Nyimas.(2009).
       Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak Dengan Autisme”.Merupakan tugas kelompok ISS-IT  dari mata kuliah “Tumbuh Kembang Anak”yang di berikan oleh dosen pembimbing Ibu Anggun.








                                                                        BAB II
                                                TINJAUAN TEORI

A.DEFENISI
       Autisme berasal dari kata auto yang berarti sendiri.Penyandang autism seakan-akan hidup di dunianya sendiri.Istilah autism baru diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner,sekalipun kelainan ini sudah ada sejak berabad-abad lampau (Handojo,2003).Kartono (2000) berpendapat bahwa autism adalah gejala menutup diri secara total,dan tidak mau  berhubungan lagi dengan Dunia luar keasyikan ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri.Supratiknya (1995) menyebutkan bahwa penyandang autis memiliki cirri-ciri penderita senang menyendiri dan bersikap dingin sejak kecil atau bayi,misalnya dengan tidak merespon diri (tersenyum dan sebagainya) bila di beri makan dan sebagainya serta sperti tidak menaruh perhatian terhadap lingungan sekitarnya,tidak  mau atau sangat sedikit brbicara hanya mau mengatakan ya atau tidak atupun ucapan-ucapan yang tidak jelas.Tidak suka dengan stimuli pendengaran(mendengar suara orang tua pun menangis),tetapi senang melakukan stimuli diri,memukul-memukuli kepala atau gerakan –gerakan aneh lain,kadang gampang memanipulasi kan obyek,namun sulit menangkap.
       Kartono (1989) berpendapat bahwa adalah cara berpikir yang dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri,menanggapi dunia berdasarka penglihatandan harapan sendiri serta menolak realitas ,oleh karena itu menurut Faisal Yatim (2003) penyandang autism akan berbuat semuanya sendiri baik cara berpikir maupun berpeilaku.
       Autisme adalah gangguan yang parah pada komunikasi yang berkepanjangan dan tampak pada usia tiga tahun pertama,ketidakmampuan berkomunkasi ini diduga mengakibatkan anak penyandang autisme menyendiri dan tidak respon dengan orang lain (Sarwindah,2002).menurut Rutter (1970) adalah gangguan yang melibatkan kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan),hambatan dalam pembicaraan,perkembangan bahasa,fenomena ritualistik dan konvulsiv.autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas atau orang lain (Sacharin,R,M.1996:305).Autisme infantile adalah gangguan kulitatif pada komunikasi verbal dan non verbal,aktivitas imajinatif dan interaksi social timbale balik yang terjadi sebelum usia 30 bulan (Behrman.1999:120).
       Kesimpulannya bahwa Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang (anak) sejak lahir atau balita,yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang tidak normal.









B.ETIOLOGI
Sepuluh tahun yang lalu penyebab autisme belum banyak diketahui dan hanya terbatas pada faktor psikologis saja. Tetapi sekarang ini penelitian mengenai autisme semakin maju dan menunjukkan bahwa autisme mempunyai penyebab neurobiologist yang sangat kompleks. Gangguan neurobiologist ini dapat disebabkan oleh interaksi faktor genetik dan lingkungan seperti pengaruh negatif selama masa perkembangan otak. Banyak faktor yang menyebabkan pengaruh negatif selama masa perkembangan otak, antara lain; penyakit infeksi yang mengenai susunan saraf pusat, trauma, keracunan logam berat dan zat kimia lain baik selama masa dalam kandungan maupun setelah dilahirkan, gangguan imunologis, gangguan absorpsi protein tertentu akibat kelainan di usus (Suriviana, 2005).
Menurut Dewo (2006) gangguan perkembangan pervasive autisme dapat disebabkan karena beberapa hal antara lain:
Ø  Genetis ,abnormalitas genetic dapat menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel-sel saraf dan sel otak
Ø  Keracunan logam seperti mercury  yang banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yang dikomsumsi yang sedang ibu hamil ,misalnya ikan dengan kandungan logam berat yang tinggi.sehingga para peneliti membuktikan bahwa didalam tubuh anak atisme terkandung timah hitam dan mercury  dalam kadar yang relative tinggi.
Ø  Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yang diperlukan dalam pertumbuhan otak tidak diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur dalam lambung dan juga nutrisi tidak terpenuhi karena factor ekonomi.
Ø  Terjadi autoimun pada tubuh penderita yang merugikan perkembangan tubuhnya sendiri.imun adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri penyakit,sedangkan autoimun adalah kekebalan yang dikembangkan oleh tubuh penderita itu sendiri yang justru kebal terhadap zat-zat penting dalam tubuh dan menghancurkannya.
C.TANDA DAN GEJALA
       Tanda dan gejala dapat dilihat berdasarkan DSM-IV dengan cara seksama mengamati perilaku anak dalam berkomunikasi,bertingkalaku dan tingkat perkembanganya yakni yang terdapat pada penderita autism dengan membedakan usia anak.Tanda dan gejala dapat dilihat sejak bayi dan harus diwaspadai:
Ø  Usia o-6 bulan:
ü  Bayi tampak terlalu tenang (jarang menangis)
ü  Terlalu sensitive,cepat terganggu/terusik
ü  Tidak ditemukan senyum social diatas 10 minggu
ü  Tidak ada kontak mata diatas umur 3 bulan
ü  Perkembangan motorik kasar/halus sering tampak normal
Ø  Usia 6-12 bulan:
ü  Bayi tampak terlalu tenang
ü  Terlalu sensitive
ü  Sulit di gendong
ü  Tidak ditemukan senyum sosial
ü  Menggigit tangan dan badan orang lain secara berlebihan
Ø  Usia 1-2 tahun:
ü  Kaku bila di gendong
ü  Tidak mau bermain permainan sederhana (ciluk ba,da...da)
ü  Tidak mengeluarkan kata
ü  Tidak tertarik pada boneka
ü  Terdapat keterlambatan dalam perkembangan motorik kasar dan halus
Ø  Usia 2-3 tahun:
ü  Tidak bias bicara
ü  Tidak tertarik untuk bersosialisasi dengan orang lain (teman sebaya)
ü  Hiperaktif
ü  Kontak mata kurang
Ø  Usia 3-5 tahun:
ü  Sering didapatkan ekolalia (membeo)
ü  Mengeluarkan suara yang aneh(nada tinggi ataupun datar)
ü  Marah bila rutinitasyang seharus berubah
ü  Menyakiti diri sendiri (membentur kepala)


      
D.PATOFISIOLOGI
       Sel saraf otak (neuron) terdiri dari badan sel dan serabut untuk mengalirkan implus listrik (akson) serta serabut untuk menerima implus listrik (dendrite).Sel saraf terdapat pada lapisan luar otak yang berwarna kelabu (korteks).akson di bungkus selaput bernama myelin terletak di bagian otak berwarna putih.Sel saraf berhubungan satu sama lain lewat sinaps.
       Sel saraf terbentuk saat usia kandungan tiga sampai tujuh bulan.pada trimester ketiga,pembentukan sel saraf berhenti dan di mulai pembentukan akson,dendrite dan sinaps yang berlanjut sampai anak berusia sekitar dua tahun.
       Setelah anak lahir,terjadi proses pertumbuhan otak berupa bertambah dan berkurangnya struktur akson,dendrite dan sinaps.proses ini di pengaruhi secara  genetic melalui sejumlah zat kimia yang dikenal sebagai brai growth factor dan proses belajar anak.
       Makin banyak sinaps terbentuk,anak makin cerdas,pembentukan akson,dendrite dan sinaps sangat tergantung pada stimulasi dari lingkungan.Bagian otak yang digunakan dalam belajarmenunjukan pertamabhan akson,dendrite dan sinaps,sedangkan bagian otak yang tak digunakan menunjukan kematian sel,berkurangnya akson,dendrite dan sinaps.Kelaina genetis,keracuna logam berat,dan nutrisi yang tidak adekuatdapat menyebabkan gangguan proses-proses tersebut.Sehingga akan menyebabkan abnormalitas pertumbuhan sel saraf.


F.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Ø  Neutrologis
Ø  Test neupsikologis
Ø  Test pendengaran
Ø  MRI(Magnetic resonance imaging)
Ø  EEG(elektro encepalogram)
Ø  Pemeriksaan darah
Ø  Pemeriksaan urine.




F.PENATALAKSANAAN
A.Penatalaksanaan medis
       Kimia otak yang kadarnya abnormal pada penyandang autis adalah serotonin 5-Hydroxytryptamine(5HT) yaitu neurotransmitter atau penghantar singnal ke sel-sel saraf.Sekitar 30-50% penyandang autis  mempunyai kadar serotonin dalam darah.
       Kadar norepinefrin,dopamin,dan serotonin 5-HT pada anak normal dalam keadaan stabil dan saling berhubungan.Akan tetapi,tidak demikian pada penyandang autis.Terapi psikofarmakologi tidak mengubah riwayat keadaan atau perjalanan autis tetapi efektif mengurangi perilaku autistic seperti hiperaktivitas,penarikan diri,stereotipik,menyakiti diri sendiri,agresifsifitas dan gangguan tidur.
       Risperidone  bias digunakan sebagai antagonis reseptor dopamine D2 dan seroton 5-HT untuk mengurangi agresifitas,hiperaktivitas,dan tingkalaku yang menyakiti diri sendiri.
B.PENATALKSANAAN KEPERAWATAN:
Ø  Terapi wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga membantu anak berbicara yang lebih baik.
Ø  Terapi okupasi: untuk melatih motorik halus anak
Ø  Terapi perilaku:anak autis sringkali merasa frustasi.teman-temannya sringkali tidak memahami mereka.mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara,cahaya dan sentuhan.Maka tak heran mereka sering mengamuk.Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latarbelakang dari perilaku negative tersebut dan mencari solusinya dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk memperbaiki perilakunya.













                                                                        BAB III
                                      ASUHAN KEPERAWATAN
A.PENGKAJIAN
                   Kasus skenario 4
Ny.H usia 40 tahun mempunyai anak pertamanya berusia 2,5 tahun bernama An.T,Ny.H gelisah karena anaknya sekarang belum dapat bicara atau melakukan komunikasi verbal,hiperaktiv,tak bisa bermain dengan teman sebaya,menutup diri terhadap pergaulan social,sering mengulang beberapa perilaku yang sama dengan intensitas yang tinggi,orang tua curiga anaknya tersebut mengalami autism.kemudian dia berkonsultasi dengan dokter atas permasalahan yang menimpan anaknya,Ny.H sangat sedih dan selalu murung,dia bertanya kepada dokter apakah anaknya bisa tumbuh normal seperti anak-anak yang lain kelak.
·         Riwayat psikiatrik/jiwa pada keluarga
·         Riwayat keluarga yang terkena autism
·         Riwayat kesehatan anak ketika dalam kandungan
·         Status perkembangan anak
·         Pemeriksaan fisik.
B.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø  Hambatan Komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan rangsangan sensori tidak adekuat,gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak mengungkapkan perasaan.
Ø  Isolasi social berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain dan menutup diri.
Ø  Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri berhubungan dengan kurangnya pengawasan.
C.INTERVENSI KEPERAWATAN
No.DX
   TUJUAN

INTERVENSI
RASIONAL
DX.1 hambatan Komunikasi verbal dan non verbal  B/D rangsangan sensori tidak adekuat ,gangguan keterampilan reseptif dan ketidakmampuan anak untuk percaya dengan orang lain









 

DX.2
Isolasi social B/D ketidakmampuan anak untuk percaya pada orang lain dan menutup diri























DX.3 Resiko tinggi cedera menyakiti diri sendiri B/D
Klien dapat berkomunikasi dan mampu mengungkapkan persaan kepada  orang lain




















klien mau memulai
interaksi dengan teman sebaya



























Klien tidak menyakiti diri sendiri
·   Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi anak.
·   Gunakan kalimat sederhana dan lambang sebagai media.
·   Anjurkan kepada orang tua untuk melakukan tugas secara konsisten.
·   Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anak sampai menguasai.
·   Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
·   Berikan support pada keberhasilan anak
·   Bicara secara jelas dengan kalimat sederhana.
·   Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
·   Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non verbal

·   Batasi jumlah temannya

·   Tunjukan rasa kehangatan/keramahan dan penerimaan pada anak

·   Tingkatkan pemeliharaan dan hubungan saling percaya.

·   Motivasi anak untuk berhubungan dengan orang lain

·   Pertahankan kontak mata anak selama berhubungan dengan orang lain

·   Berikan sentuhan,senyuman dan pelukan untuk menguatkan sosialisasi

·   Bina hubungan saling percaya

·   Kurangi penyebab yang menimbulkan kecemasan anak

·   Alihkan perilaku menyakiti diri yang terjadi akibat respon dari peningkatan kecemasan

·   Alihkan perhatian dengan hiburan untuk menurunkan kecemasan anak

·   Lindungi anak ketika perilaku menyakiti diri terjadi

·   Perhatikan lingkungan yang aman