BAB I
PENDAHULUAN
A.LATARBELAKANG
Spina bifida adalah penutupan salah satu kolumna
vertebralis tanpa tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang ( Donna
L.wong,2003). Penyakit spina bifida atau sering dikenal dengan sumbing tulang belakang
adalah salah satu penyakit yang banyak terjadi pada bayi. Penyakit ini
menyerang melalui medulla spinalis dimana ada suatu celah pada tulang belakang
(vertebra). Hal ini terjadi karena ada satu atau beberapa bagian dari vertebara
gagal menutup atau gagal terbentuk secara utuh dan dapat menyebabkan cacat
berat pada bayi,ditambah lagi penyebab utama dari penyakit ini masih belum
jelas. Hal ini jelas akan menyebabkan gangguan pada sistem saraf karena medula
spinalis termasuk sistem saraf pusat yang tentunya memiliki peranan yang sangat
penting dalam sistem saraf manusia. Jika medulla spinalis mengalami
gangguan,system-sistem lain yang diatur oleh medulla spinalis pasti juga akan
terpengaruh dan akan mengalami gangguan pula. Hal ini akan semakin memperburuk
kerja organ dalam tubuh manusia , apalagi pada bayi yang system tubuhnya belum
berfungsi secara maksimal.Fakta mengataka dari 3 kasus yang sering
terjadi pada bayi yang baru lahir di Indonesia yaitu ensefalus,anensefali, dan
spina bifida. Sebanyak 65% bayi baru lahir terkena spina bifida. Sementara itu
fakta lain mengatakan 4,5% dari 10.000 bayi yang lahir di Belanda menderita
penyakit ini atau sekitar 100 bayi setiap tahunnya. Bayi – bayi tersebut butuh
perawatan medis yang intensif sepanjang hidup mereka. Biasanya mereka menderita
lumpuh kaki, dan dimasa kanak-kanak harus dioperasi berulang kali.
B.RUMUSAN MASALAH
1.Defenisi
dari spina bifida
2.Etiologi
dari spina bifida
3.Klasifikasi
dari spina bifida
4.Manifestasi
klinis dari spina bifida
5.Patofisiologi
dan Pathway dari spina bifida
6.Pemeriksaan
penunjang dari spina bifida
7.Penatalaksanaan
dan Pencegahan dari spina bifida
8.Komplikasi
dan faktor resiko dari spina bifida
9.Diagnosa
keperawatan dari spina bifida
C.TUJUAN
1.Tujuan Umum
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep
penyakit spina bifida serta pendekatan asuhan keperawatannya.
2.Tujuan Khusus
·
Mahasiswa mampu mengidentifikasikan
defenisi dari spina bifida
·
Mahasiswa mampu mengidentifikasikan
etiologi dan klasifikasi dari spina bifida
·
Mahasiswa mapu mengidentifikasi tanda
dan geja penyakit spina bifida
·
Mahasiswa mampu memngidentifikasi dan
menguraikan patofisiologi dan pathway spina bifida
·
Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan
penunjang dari penyakit spina bifida
·
Mahasiswa mampu mengetahui penatalksanaan
dan pencegahan penyakit spina bifida
·
Mahasiswa bisa mengetahui faktor resiko
dan kompliksasi dari penyeakit ini
·
Mahasiswa dapat mengetahui diagnosa dan
konsep askep dari spina bifida.
D.MANFAAT
Mahasiswa mampu
memahami tentang konsep penyakit neurologis spina bifida serta mampu menerapkan
asuhan keperawatan pada klien dengan spina bifida.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.DEFENISI
Spina
bifida adalah defek pada penutupan kolumna vertebralis dengan aatau tanpa
tingkatan protusi jaringan melalui celah tulang (Donna L, Wong,2003). Spina
bifida (sumbing tulang belakang) adalah suatu celah pada tulang belakang
(vertebra) yang terjadi karena bagian dari satu atau beberapa vertebra gagal
menutup atau gagal terbentuk secara utuh (http : //WWW.medicastore.com)
Spina bifida adalah kegagalan arkus
vertebralis untuk berfusi di posterior (Rosa M Sacharin, 1996)
Spina bifida merupakan suatu
kelainan bawaan berupa defek pada arkus posterior tulang belakang akibat
kegagalan penutupan elemen saraf dari kanalis pada perkembangan awal dari
embrio (Chairuddin Rasyad, 1998).
Keadaan ini biasanya
terjadi pada minggu ke empat masa embrio. Derajat dan lokalisasi defek
bervariasi, pada keadaan yang ringan mungkin hanya ditemukan kegagalan fungsi
satu atau lebih dari satu arkus pascaerior vertebra pada daerah lumosakral.
B.ETIOLOGI
Penyebab spesifik dari spina bifida
tidak diketahui,tetapi di duga akibat:
·
Genetik
·
Kekurangan asam folat pada masa
kehamilan
C.KLASIFIKASI
·
Spina bifida okulta
Merupaka
spina bifida yang paling ringan satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk
secara normal, tetapi korda spinalis dan selaput otak ( meningitis ) tidak
menonjol. Gejalanya:
ü Seberkas
rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
ü Lekukan
pada daerah sacrum .
·
Spina bifida aperta
Bentuk cacat tabung saraf tempat kantong
selaput otak menonjol melalui lobang.
Kulit diatas pembengkakan biasanya tipis, tekanan pada kantong menyebabkan
fontanella menonjol. Spina Bifida Aperta dapat terjadi 2 keadaan :
ü Meningokel
ketika kantung berisi cairan
cerebro-tulang belakang (cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang
belakang) dan meninges (jaringan yang meliputi sumsum tulang belakang), tidak
ada keterlibatan saraf. meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan
teraba sebagai suatu benjolan dari cairan dibawah kulit.
Meningokel melibatkan meningen, yaitu
selaput yang bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum
tulang belakang. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel
karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah
meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai
suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya
meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel seperti
kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf corda spinal.
Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan
dapat mengontrol saluran kencing ataupun kolon.
ü Myelomeningokel
Myelomeningokel ialah jenis spina bifida yang
kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari
tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di
perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan
tesebut. Jika pada tonjolan terdapat
syaraf yang mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu,
kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis
yang paling sering dtemukan pada kasus
spina bifida. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis spina bifida juga
memiliki hidrosefalus, akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.
D.MANIFESTASI KLINIS
Gejala bervariasi tergantung kepada
beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa
anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf
yang terkena.
Gejalanya dapat berupa :
·
Penonjolan seperti kantung di punggung
tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
·
Jika disinari, kantung tersebut tidak
tembus cahaya.
·
Kelumpuhan / kelemahan pada pinggul,
tungkai atau kaki.
·
Seberkas rambut pada daerah sakral
(panggul bagian belakang).
·
Lekukan
pada daerah sakrum.
G.PATOFISIOLOGI
Spina bifida disebabkan oleh kegagalan
dari tabung saraf untuk menutup selama bulan pertama embrio pembangunan (sering
sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada
sekitar 28 hari setelah pembuahan. Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan
tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti
beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah seorang kerabat dengan spina bifida,
obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau sumber-sumber eksternal
seperti bak air panas dan selimut listrik dapat meningkatkan kemungkinan
seorang wanita akan mengandung bayi dengan spina bifida. Namun, sebagian besar
wanita yang melahirkan bayi dengan spina bifida tidak punya faktor risiko
tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum diketahui apa yang
menyebabkan mayoritas kasus. Beragam spina bifida prevalensi
dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain tikus dengan
spina bifida menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia lainnya
penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri
koroner), spina bifida kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan
faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat
(folat) adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf, termasuk spina
bifida.
H.PATHWAY
I.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Diagnosis ditegakkan berdasarkan
gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada trimester pertama wanita hamil
menjalani pemeriksaan darah yang disebut Triple Screen. Tes ini merupakan tes
penyaringan untuk spina bifida, sindroma down dan kelainan bawaan lainnya. 85 %
wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida akan memiliki kadar serum alfa
feytoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi,
karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk
memperkuat diagnosis. Dilakukan USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina
bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis
(analisa cairan ketuban)
Setelah bayi lahir, dilakukan
pemeriksaan berikut :
·
Rontgen tulang belakang untuk menentukan
luas dan lokasi kelainan.
·
USG tulang belakang bisa menunjukkan
adanya kelainan pada korda spinalis maupun vertebra.
CT-Scan atau MRI
tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan.
J.PENATALAKSANAAN
·
Penatalaksanaan Medis
Pembedahan
mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah ruptur.
Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi
hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan
bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis.
Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan
berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai sistem tubuh.
Berikut
ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :
ü Antibiotic
digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi saluran kemih (seleksi
tergantung hasil kultur dan sensitifitas).
ü .Antikolinergik
digunakan untuk meningkatkan tonus kandung kemih.
ü .
Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan pengeluaran feces.
(Cecily
L Betz dan Linda A Sowden, 2002, halaman 469)
·
Penatalaksanaan Keperawatan
ü Pre
– operasi
Segera
setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril yang direndam
salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa yang
tidak melekat, misalnya telfa untuk mencegah jaringan syaraf yang terpapar
menjadi kering.
-
Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada mempertahankan
suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi
ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat
terjadi akibat permukaan lesi yang basah.
-
Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan spingter anal akan
dilakukan oleh fisioterapist.
-
Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.
ü Pasca
operasi
-
Perawatan pasca bedah neonatus umum
-
Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.
-
Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin
tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif
dalam wadah. Cairan akan berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca
bedah, dimana pada saat ini drain dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan
akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang teratur, hingga jahitan diangkat 10 –
12 hari setelah pembedahan.
-
Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif yang penuh
dilakukan setiap hari. Harus dijaga agar kulit di atas perinium dan bokong
tetap utuh dan pergantian popok yang teratur dengan pembersihan dan pengeringan
yang seksama merupakan hal yang penting.
-
Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar panggul
dan harus diusahakan pemakaian sabuk pada bokong .
-
Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu.
Seringkali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacad
spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrosefalus
maka harus diberikan terapi yang sesuai. (Rosa.M.Sacharin,1996).
K.PENCEGAHAN
·
Resiko terjadinya spina bifida bisa
dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat.
·
Kekurangan asam folat pada seorang
wanita harus ditangani sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan ini
terjadi sangat dini.
·
Pada wanita hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita
hamil adalah 1 mg/hari.
L.FAKTOR RESIKO
·
Umur (bayi baru lahir)
·
Kekurangan asam folat
M.KOMPLIKASI
Komplikasi
lain dari spina bifida yang berkaitan yang berkaitan dengan kelahiran antara
lain adalah :
·
Paralisis Cerebri
·
Retardasi Mental
·
Atrofi Otot
·
Osteoporosis
·
Fraktur (akibat penurunan massa otot).
N.DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Op
·
Ganguan perfusi jaringan serebral b.d
peningkatan tekanan intracranial
·
Inkontinensia urin berhubungan dengan
ketidakmampuan mengontrol keinginan berkemih
·
Kurang pengetahuan orang tua tentang
proses penyakit dan penanganan penyakit anaknya berhubungan dengan kurang
terpajan informasi
·
Resiko tinggi cedera berhubungan dengan
peningkatan intra kranial (TIK)
·
Berduka b.d kelahiran anak dengan spinal
malformation
Post Op
·
Nyeri akut berhubungan dengan injuri
fisik (proses pembedahan)
·
Resiko infeksi berhubungan dengan
prosedur invasive,insisi luka operasi
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN SPINA BIFIDA
A. PENGKAJIAN
1. Riwayat kesehatan keluarga.
Adakah yang menderita penyakit sejenis, bagaimana kondisi kehamilan ibu (demam selama kehamilan, epilepsi, mengkonsumsi obat-obat tertentu, dsb), kaji kehamilan sebelumnya (angka kejadian semakin meningkat jika pada kehamilan dua sebelumnya menderita meningomielokel atau anencefali).
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan gejala terasa dan keluhan lain apa yang mengikutinya.
3. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut :
- Aktivitas/istirahat
Tanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.
Gejala : dislokasi pinggul.
- Sirkulasi
Tanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas dingin atau sianosis.
- Eliminasi
Tanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
- Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).
- Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis kehilangan refleks asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan tungkai dan otot bawah.
- Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, periode apneu, penurunan bunyi napas.
Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
- Kenyamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi.
4. Pemeriksaan diagnostic
- MRI, CT scan, X-ray
- Tes serum alfa fetoprotein (AFP)
- Ultrasound
(Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)
Adakah yang menderita penyakit sejenis, bagaimana kondisi kehamilan ibu (demam selama kehamilan, epilepsi, mengkonsumsi obat-obat tertentu, dsb), kaji kehamilan sebelumnya (angka kejadian semakin meningkat jika pada kehamilan dua sebelumnya menderita meningomielokel atau anencefali).
2. Riwayat kesehatan sekarang.
Apa keluhan utama (kelumpuhan, gangguan eliminasi, dsb), adakah penderita yang sama di lingkungan penderita, sudah berapa lama menderita, kapan gejala terasa dan keluhan lain apa yang mengikutinya.
3. Pengkajian fisik
Pada pengkajian fisik didapat data-data sebagai berikut :
- Aktivitas/istirahat
Tanda : kelumpuhan tungkai tanpa terasa atau refleks pada bayi.
Gejala : dislokasi pinggul.
- Sirkulasi
Tanda : pelebaran kapiler dan pembuluh nadi halus, hipotensi, ekstremitas dingin atau sianosis.
- Eliminasi
Tanda : diurnal ataupun nocturnal, inkontinensia urin/alfi, konstipasi kronis.
- Nutrisi
Tanda : distensi abdomen, peristaltic usus lemah/hilang (ileus paralitik).
- Neuromuskuler
Tanda : gangguan sensibilitas segmental dan gangguan trofik paralisis kehilangan refleks asimetris termasuk tendon dalam, kehilangan tonus otot/vasomotor ; kelumpuhan lengan tungkai dan otot bawah.
- Pernapasan
Tanda : pernapasan dangkal, periode apneu, penurunan bunyi napas.
Gejala : napas pendek, sulit bernapas.
- Kenyamanan
Gejala : suhu yang berfluktuasi.
4. Pemeriksaan diagnostic
- MRI, CT scan, X-ray
- Tes serum alfa fetoprotein (AFP)
- Ultrasound
(Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
Skenario
Bayi
Ny. H lahir dengaan kelainan tulang belakang. Dokter mengataka An.A menderita
penyakit Spina Bifida,dan harus segera dioperasi.Keluarga Ny. H sangat cemas
dengan tindakan tersebut.
ANALISA DATA
Nama : An.A
Umur : 1 bulan
Ds: - keluarga Ny.
H mengatakan cemas dengan tindakan
operasi terhadap anaknya.
Do: tampak wajah Ny. H bingung dan ketakutan
Ds : - Ny. H mengatakan
An.A menangis terus setelah operasi
Do: - tampak anak A
menangis kesakitan
Ds : - Ny. H mengatakan
anak A menangis terus setelah operasi
Do : - anak tampak
nangis
Ada bekas luka
operasi di tulang belakang
Ds : keluarga Ny. H
tidak mengetahui tentang penyakit anaknya
Do: keluarga ny. H
bingung ketika ditanya tentang penyakit anaknya
Diagnosa
Prioritas
1. Nyeri
akut berhubungan dengan agen injuri
fisik (proses pemebedahan)
2. Cemas
berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan
3. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif dan kurangnya informasi
tentang penyakit
4. Resiko
tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive,luka insisi post
pemebedahan.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.Nyeri akut b/d injuri fisik (proses pembedahan)
-Kaji skala nyeri R/Mengevaluasi skala nyeri dan menetapkan
intervensi selanjutnya.
-Atur posisi klien yang nyaman R/. menurunkan tegangan dan mengurani nyeri
-Lakukan pergantian perban dan pengawasan pada
luka operasi R/untuk mengetahui akan terjadi infeksi
-kolaborasi dengan tim medis dalam pemebrian obat
analgetik R/sebagai agen anti nyeri
2. Cemas berhubungan dengan akan dilaukan tindakan pembedahan
-Bina hubungan saling percaya R/ Mempermudah
intervensi
-Observsi TTV R/ Mengetahui
tekanan darah dan denyut nadi meningkat
- Jelaskan
bahwa penyakitnya bisa di sembuhkan R/ Dengan
tindakan operasi penyakinya bisa disembuhkan
-Berikan reinfocement untuk menggunakan Sumber
Coping yang efektif.
3.Kurang Pengetahuan b/d Keterbatasan Kognitif Dan Kurangnya informasi Tentang Penyakit
- Jelaskan
proses penyakit
-Jelaksn
tentang program pengobatan
-Jelaskan tindakan untuk untuk mencegah
komplikasi
-Tanyakan
kembali pengetahuan keluarga pasien tentang penyakit dan program perawatan
- -Berikan reinfocement
4 4.Resiko infeksi b/d insisi luka operasi
- Kaji
TTV
- -Observasi
tanda-tanda infksi
- - Lakukan
perawatan luka dengan teknik septik dan aseptik
- observasi luka insisi
BAB IV
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Spina bifida merupakan suatu kelainan bawaan berupa
defek pada arkus pascaerior tulang belakang akibat kegagalan penutupan elemen saraf
dari kanalis spinalis pada perkembangan awal dari embrio. Penyebab dari spina
bifida belum diketahui secara pasti,tetapi diduga akibat faktor genetik dan
kekurangan asam folat pada masa kehamilan. Gejala bervariasi tergantung kepada
beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa
anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami
kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis maupun nakar saraf
yang terkena.
Pembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode
neonetal untuk mencegah ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal
dan pirau CSS pada bayi hidrosefalus dilakukan pada saat kelahiran.
Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya besar. Pembedahan dilakukan
untuk menutup lubang yang terbentuk dan untuk mengobati hidrosefalus. Kelainan
ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang sering menyertai
spina bifida.
B.SARAN
Deteksi dini dan pencegahan pada awal kehamilan
dianjurkan untuk semua ibu yang telah melahirkan anak dengan gangguan ini dan
dan pemeriksaan ditawarkan bagi semua wanita hamil.
DAFTAR PUSTAKA
1. Catzel,
Pincus. 1994. Kapita Selekta Pediatri. Edisi II. Editor : Adrianto, Petrus.
Jakarta : EGC.
2. Betz,
Cecily L,dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
3. Rendle,
John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara:
Jakarta
4. Sacharin,
Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Editor : Ni Luh Yasmin. Jakarta:
EGC.
5. Wong,
Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi IV. Jakarta: EGC.
6. Doenges
Marillyn E,dkk. 2000 Rencana Asuhan Keperawatan pedoman untuk perencanaan
pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3..Jakarta: EGC.
7. Nelson.
Ilmu Kesehatan Anak Bag. 3. EGC: Jakarta.
8. Sacharin,
Rosa M.1986.Prinsip Kepeawatan Pediatrik.Jakarta:EGC
Rizqi Hajar Dewi.
2010. Asuhan Keperawatan Anak Spina Bifida Dengan
Meningokel.http://www.scribd.com/doc/30381861/Asuhan-Keperawatan-Spina-Bifida-Dengan-Meningokel
-
-
-
-
I